Doa Selalu Dikabulkan Karena Rajin Istighfar

Rabu, 29 Mei 2013
Kisah kali ini menunjukkan bukti keagungan amal istighfar yang sungguh bermanfaat bagi kehidupan kita. Ada seorang hamba Allah yang mengaku mendapatkan keberkahan berupa terkabulnya setiap doa yang ia panjatkan karena rajin melantunkan istighfar setiap saat. Semoga kisah ini dapat mempertebal keyakinan kita akan dalil-dalil al-Qur'an dan hadis sehingga kita tetap istiqomah untuk mengambil solusi dari ajaran Islam yang pasti benar dan menyelamatkan.



Kisah ini terjadi pada zaman Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu. Pada suatu saat ketika sedang berpergian, Imam Ahmad ingin menginap di sebuah masjid, dimana beliau berniat untuk menghabiskan malamnya disana. Namun nampaknya penjaga masjid tidak mengenali siapa beliau ini sehingga ketika beliau meminta izin untuk berada di dalam masjid hingga datangnya waktu subuh, sang penjaga masjid menolaknya. Meskipun beliau sudah berulangkali membujuk sang penjaga masjid untuk diizinkan bermalam di sana, namun keputusan dari penjaga masjid agaknya tidak dapat diganggu gugat. Akhirnya Imam Ahmad dikeluarkan dari area masjid dan beliau terpaksa mencari tempat bermalam di lain tempat.

Ketika beliau diusir hingga keluar area masjid, kebetulan lewatlah seorang tukang penjual roti yang melihat kejadian itu. Agaknya tukang roti itu tertarik untuk mengetahui apa yang sedang terjadi kepada Imam Ahmad sampai diusir oleh penjaga masjid. Ketika Imam Ahmad menceritakan yang dialaminya kepada tukang roti, si tukang roti ini menjadi iba, dan dengan kebaikan hatinya ia menawarkan Imam Ahmad untuk menginap di rumah tukang roti. Senang dengan tawaran si tukang roti, Imam Ahmad lantas menerima tawaran tersebut dan mereka berdua berjalan menuju rumah si pembuat roti.

Di rumah pembuat roti, Imam Ahmad dijamu dengan baik layaknya seorang tamu. Entah karena ingin menyembunyikan identitas atau karena tidak ditanya oleh tuan rumah, Imam Ahmad tidak mengenalkan dirinya sebagai Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama besar yang namanya begitu tersohor. Lalu setelah beberapa saat bercengkerama, si pembuat roti mempersilakan Imam Ahmad untuk beristirahat, sementara ia sendiri menyiapkan adonan untuk membuat roti untuk ia jual esok hari. Lalu ada yang menarik perhatian Imam Ahmad dari pembuat roti ini. Si pembuat roti bekerja sambil melantunkan istighfar. Ia terus beristighfar dan terus melafalkannya sampai pekerjaannya selesai. Hal ini didengar oleh Imam Ahmad sehingga membuat beliau terkesan. 

Keesokan harinya, Imam Ahmad yang penasaran kemudian bertanya kepada pembuat roti,"Semalam terdengar olehku lantunan istghfar yang terus menerus engkau baca ketika engkau sedang membuat adonan roti. Katakanlah kepadaku wahai tuan, apakah engkau mendapat sesuatu dari bacaan istighfar yang engkau baca?". Hal ini nampaknya sengaja ditanyakan oleh Imam Ahmad karena sebagai seorang ulama yang sangat tinggi ilmu agamanya tentu beliau tahu persis tentang keutamaan istighfar, serta faidah-faidah bagi yang sungguh-sungguh mengamalkannya. 

Si pembuat roti lalu menjawab,“Ya.. Begitulah adanya.. Sungguh saya benar-benar telah mendapatkan faidah dari keutamaan melazimkan istighfar. Demi Allah, sejak saya melazimkan istighfar, saya tidak memohon sesuatu kepada Allah kecuali pasti dikabulkan. Doa saya selalu diijabah oleh-Nya. Hanya ada satu doa saya yang belum terkabul sampai saat ini.”

Imam Ahmad bertanya, “Apa itu?”

Si pembuat roti berkata, “(Permohonan untuk) dapat bertemu dengan Imam Ahmad bin Hanbal!”

Mendengar hal tersebut, tersenyumlah Imam Ahmad. Nampaknya beliau sudah mengerti hikmah kejadian diusirnya beliau dari sebuah masjid kemarin malam. Allah berkehendak mengabulkan doa si pembuat roti dengan perantara peristiwa semalam sampai pada akhirnya beliau bertemu dengan si pembuat roti.

Lalu Imam Ahmad berkata,“Wahai tuan, Saya-lah Ahmad bin Hanbal. Demi Allah, Allah-lah yang mengaturku sehingga bisa bertemu denganmu.”

Subhanallah. Begitu istimewanya istighfar ini sehingga Allah berkenan untuk mengabulkan setiap permohonan dari hamba-Nya. Teringat akan kisah Nabi Yunus alaihissallam. Dimana ketika beliau dihukum oleh Allah dengan cara ditelan oleh Ikan besar di dasar laut, jikalau waktu itu Nabi Yunus tidak henti-hentinya memohon ampun dengan lafadz "Laa Ilaaha ila anta, subhanaka inni kuntu minad dzholimiin" niscaya beliau tidak akan dikeluarkan dari dalam lambung Ikan tersebut. Maka dari itu sungguh istighfar dapat pula menjadi amalan pembuka pintu rezeki yang mustajab. Semoga kisah ini dapat menjadi penguat keyakinan kita akan janji Allah kepada hamba-hambaNya.

Wallahu a'lam bishowab

Jika anda belum membaca artikel mengenai Istighfar : Solusi Segala Masalah, maka anda bisa membacanya di artikel tersebut di sini
Untuk kisah-kisah mengenai keistimewaan istigfar lainnya bisa di baca di sini 

Artikel disadur ulang tanpa mengurangi esensi cerita dari sumber: Keajaiban Sedekah & Istighfar karya Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam (penerjemah Muhammad Iqbal, Lc & Jamaluddin), penerbit Darul Haq cet. V, Rajab 1429 H/Agustus 2008 M, hal. 142-143. di posting di blog ayat seribu dinar

Memahami Hakikat Tawakkal Dalam Islam

Selasa, 28 Mei 2013
Pada artikel ini kita akan meninjau kembali pemahaman tawakkal kita. Apakah kita sudah memahaminya seperti yang dipahami oleh generasi pertama dalam Islam, yaitu generasi para sahabat, dan sudahkah kita melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari? Amal ibadah ini pun sebenarnya masuk ke dalam amalan pembuka pintu rezeki. Namun sebelum kita membahas lebih spesifik masalah tersebut, kita akan membahas terlebih dahulu mengenai pengertian tawakkal.

tawakal


Definisi Tawakkal
Tawakkal berasal dari lafadz Tawakkala, Yatawakkalu, Tawakkulan, yang berarti menjadikan pihak lain sebagai wakîl, atau zat yang mewakili diri seseorang dalam urusan tertentu. Ia adalah lafadz yang diambil dari lafadz wakâlah. Ada juga orang yang menggunakan: Wukkila Amruhû Ilâ Fulân (urusannya diserahkan kepada Fulan). Orang yang diserahi urusan tersebut bisa disebut Wakîl, sedangkan orang yang menyerahkan urusan disebut Muttakil ‘Alayh dan Mutawakkil ‘Alayh, yaitu ketika orang tersebut merasa puas pada pihak yang mewakilinya, mempercayainya, dan tidak mempunyai persepsi bahwa pihak yang mewakilinya itu mempunyai kekurangan. Artinya, orang tersebut mempunyai keyakinan bahwa pihak yang mewakili tersebut tidak mempunyai kelemahan atau kekurangan. Itulah pengertian tawakkal secara etimologis.

Tawakkal ini merupakan ungkapan kalbu kepada al-Wakîl (Zat Yang Maha Kuasa untuk mewakili segala urusan). Atau dengan kata lain, ia merupakan kepasrahan hati secara bulat pada Allah terhadap kemaslahatan yang ingin diraih serta mudarat yang ingin dihindari, baik dalam masalah dunia maupun akhirat. Al-Alûsi mendefinisikan tawakkal sebagai sikap menampakkan kelemahan dan ketergantungan pada yang lain, serta merasa cukup hanya kepada-Nya dalam melakukan aktivitas yang diperlukannya. Karena itu,al-Ghazâli menjelaskan:

“Keadaan orang yang bertawakkal pada Allah adalah seperti keadaan bayi dengan ibunya. Bayi tidak pernah mengetahui yang lain, serta tidak pernah menyerahkan urusannya kecuali pada ibunya. Ibulah orang yang pertama kali dia bayangkan ketika dia membayangkan yang lain. Ini artinya dia tidak bisa berdo’a dan meminta kepada yang lain, selain Allah. Yang pertama kali dimintai pertolongan adalah Allah, karena keyakinannya pada kemuliaan dan kasih sayang-Nya.” (Mukhthshar Ihya Ulumuddin)

Jika kita menyakini, bahwa di balik kekuatan manusia, alam dan kehidupan tersebut ada Zat Yang Maha Kuasa, yang menguasai seluruhnya, yang mampu membantu kita merealisasikan cita-cita kita, maka pemahaman ini akan mampu membangkitkan keyakinannya dalam merealisasikan seluruh cita-cita. Dengan pemahaman seperti ini, seseorang akhirnya merasa  tidak terbatas, karena dia berkeyakinan bahwa ada kekuatan di luar dirinya yang bisa membantunya untuk mencapai apa yang ingin diraihnya.

Inilah konsepsi tawakkal yang telah difahami dengan benar oleh kaum muslimin generasi pertama. Mereka memahami konsep tersebut dengan pemahaman yang benar, sehingga mampu melakukan tuntunan tawakkal tersebut dengan benar. Mereka akhirnya mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar dan memecahkan berbagai masalah yang sangat sulit. Berbeda dengan kaum muslimin saat ini, terutama setelah  budaya materialistik dan hedonistik berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga mereka menjadi pragmatis. Tidak mengenal dan memahami konsep berserah diri kepada Allah dan pemahamannya menjadi lemah. Mereka jauh dari pemahaman yang benar mengenai konsep berserah diri, sehingga keyakinan tawakkal mereka ibarat ungkapan kosong yang tidak berarti. Karena tidak berarti maka sulit untuk menerapkannya dalam aktivitas sehari-hari.
 
Orang yang tidak beriman pada Allah SWT dan tidak punya konsep tawakkal saja bisa mempercayai, bahwa ada kekuatan di luar dirinya yang sering mereka sebut sebagai kekuatan alam, yang bisa membantu mereka, sehingga mereka mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Ketika mereka bisa mencapai hal-hal besar yang hampir mustahil, mereka sering menyebutnya sebagai miracle (mukjizat).

Lalu mengapa umat Islam yang mempunyai keyakinan kepada Allah banyak yang tidak seperti mereka? Padahal orang atheis yang tidak percaya pada Tuhan, dan tidak punya konsep tawakkal bisa melakukan seperti itu? Maka, masalahnya adalah karena mafhûm tawakkal umat ini memang sangat lemah. Karena itu, pemikiran mengenai tawakkal ini merupakan pemikiran yang perlu diluruskan.

Pemikiran Keliru Tentang Tawakkal
Pemikiran keliru yang pertama tentang tawakkal adalah "bahwa dengan tawakkal maka kita tidak perlu lagi berikhtiar. Atau berikhtiar ala kadarnya. Pemikiran seperti ini banyak sekali di benak masyarakat Islam."

Barangkali banyak yang terpengaruh dengan sebuah hadis yaitu “mengikat unta” yang disalahtafsirkan. Hadits ini justru difahami bahwa dengan tawakkal seseorang tidak perlu lagi melakukan hukum kausalitas atau tidak menjadikan hukum sebab-akibat sebagai bagian dari tawakkal sebagai sesuatu yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Hadits tersebut dipahami sebagai pembenaran bahwa setelah bertawakkal seseorang tidak perlu lagi berikhtiar.

Padahal yang benar adalah sebaliknya, ikhtiar dengan tawakkal harus berjalan ber-iringan. Jadi tidak benar kalau kita menggantungkan atau menyerahkan urusan kita kepada Allah, lalu kita bisa bersantai-santai atau berharap Allah akan menyelesaikannya untuk kita tanpa ada usaha dari pihak kita.

Tawakkal kepada Allah SWT. telah dinyatakan dengan tegas oleh nash al-Qur’an yang qath’i. Allah SWT berfirman:

Jika kamu ditolong oleh Allah, maka tidak akan ada yang mampu mengalahkan dan menghinakan kamu. Maka, siapakah yang dapat menolong kamu setelah (pertolongan) Allah? Dan kepada Allahlah orang-orang yang beriman hendaknya bertawakkal.” (Q.s. Ali Imrân: 160).

Dan jika kamu mempunyai azam, maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.”  (Q.s Al-Imrân:159).

Katakanlah (Muhammad): ‘Kami tidak akan ditimpa musibah, kecuali apa yang telah Allah tetapkan kepada kami. Dialah Zat Yang menjadi Pelindung kami. Dan kepada Allah-lah orang-orang beriman hendaknya bertawakkal”.  (Q.s. Taubah: 51).

Allah (adalah Tuhan), tiada Zat yang berhak disembah kecuali Dia, kepada Allah-lah orang-orang beriman hendaknya bertawakkal.”  (Q.s.  At-Taghâbun: l3).

Itu semua merupakan ayat-ayat yang secara tegas menjelaskan, bahwa melakukan tawakkal kepada Allah itu wajib. Semuanya disertai dengan indikasi yang tegas, yaitu adanya pujian Allah kepada orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya, sebagai orang-orang yang Dia cintai. Disamping dalil-dalil di atas, juga ada dalil-dalil dari hadits yang mewajibkan kaum muslimin melakukan tawakkal kepada Allah, antara lain:

Akan masuk surga dari kalangan umatku tujuh puluh ribu kelompok tanpa dihisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah mencuri, menjadi peramal, memuji dirinya dan orang-orang yang bertawakkal kepada Tuhannya.
(H.R. Bukhâri dari Ibn Abbâs).

Jika kamu bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberikan rizki kepada kamu sama seperti memberikannya kepada burung yang berangkat pagi dengan perut kosong kembali dengan kenyang.
(H.R. At-Tirmidzi dan Ahmad).

Dengan adanya dalil-dalil di atas, seorang muslim tidak boleh ragu dalam bertawakkal kepada Allah SWT. Apabila ada orang yang tidak mau melakukannya berarti tidak mau menjalankan perintah Allah dan akan jatuh kepada dosa. Apalagi dalam perintah tawakkal kepada Allah tidak ada pengecualian, ia diperintahkan secara mutlak, sehingga setiap muslim wajib bertawakkal kepada-Nya tanpa terkecuali. Adapun hadits Nabi SAW. yang menyatakan:

Ikatlah untamu, dan bertawakkallah (kepada Allah). . (HR Ibnu Hiban)

Hadits tersebut adalah hadits yang membahas kewajiban melakukan hukum sebab-akibat bersama-sama dengan kewajiban bertawakkal kepada Allah SWT. Isi yang lebih panjang mengenai hadits tersebut adalah berikut :

Badui bertanya,Apakah unta itu dibiarkan saja depan pintu seraya bertawakkal kepada Allah? Ataukah harus diikat  dahulu supaya tidak hilang?” Beliau saw. menjawab: “Ikatlah dan bertawakkal (kepada Allah)."  (HR Ibnu Hiban)

Jadi, hadits di atas justru mengajarkan kepada orang Badui ini agar melakukan hukum sebab-akibat disamping bertawakkal kepada Allah SWT. Dengan kata lain, tidak cukup hanya bertawakkal kepada  Allah saja, sedangkan hukum sebab-akibatnya ditinggalkan. Adapun hukum sebab-akibat yang disebutkan dalam hadits tersebut adalah “mengikat unta supaya tidak hilang”. Jika unta tadi tidak diikat pasti akan lari dan  hilang. Inilah pelajaran yang dikehendaki oleh Nabi saw. kepada orang Badui tersebut.

 Pemikiran keliru yang kedua tentang tawakkal adalah,"Ikhtiar dulu, tawakkal belakangan."

Masih ada satu masalah yang banyak diperdebatkan oleh kaum muslimin; apakah tawakkal kepada Allah SWT dilakukan sebelum melakukan ikhtiar atau sebaliknya? Ada sebagian orang yang menggunakan hadits “Mengikat unta dan tawakkal” tersebut sebagai dalil untuk bekerja dahulu baru kemudian bertawakkal. Mereka melihat urutan dalam hadits tersebut, yaitu “Ikat dahulu dan bertawakkallah.” dimana pernyataan Nabi: “ikat dahulu” adalah wujud sebuah ikhtiar, sedangkan “bertawakkallah” adalah wujud sikap tawakkal kepada Allah SWT. Maka, hadits tersebut kemudian banyak difahami : ikhtiarlah dahulu lalu menyusul tawakkal.

Pemahaman seperti itu perlu dikoreksi kembali.

Pertama, tema pembahasan hadits tersebut adalah tentang pembahasan yang berkaitan dengan kewajiban melakukan hukum sebab-akibat, bukan kewajiban bertawakkal.

Sementara jika ada nash  tertentu yang menjelaskan tema pembahasan tertentu berdasarkan sebab wurûd atau sebab nuzûl-nya, maka nash tersebut tidak bisa digunakan untuk menjelaskan makna lain, selain tema pembahasan tersebut.

Kedua, huruf waw dalam lafadz I`qilha wa tawakkal (ikatlah dan berserahdirilah) yang dianggap sebagai waw tartîb (yang menunjukkan urutan perintah) sesungguhnya bukan merupakan huruf waw tartîb, sehingga tidak bisa diartikan “ikhtiar dahulu, baru kemudian bertawakkal”.

Ketiga, jika hadits diatas diartikan seperti yang banyak diasumsikan orang, yaitu ikhtiar dahulu kemudian bertawakkal, maka pengertian tersebut pasti bertentangan dengan ayat al-Qur’an, yang secara qath’i menerangkan:

Apabila kamu mempunyai azam, maka bertawakkallah kepada Allah.”  (Q.S. Ali Imrân: 159).

Dari ayat tersebut didapati bahwa Allah secara tegas menerangkan, bahwa “azam’, “tawakkal” dan “ikhtiar” itu dilakukan secara bersama-sama. “Azam” dan “tawakkal” keduanya merupakan perbuatan hati, sementara “ikhtiar” adalah perbuatan fisik.”

Dengan demikian cara melakukan tawakkal yang sesuai dalil adalah dengan : azam, tawakkal dan ikhtiar secara berbarengan. Jika kita sudah memiliki azam, maka selanjutnya kita bertawakal kepada Allah. Maka dari itu tawakkal selalu menyertai ikhtiar kita di awal ikhtiar, di tengah ikhtiar sampai akhir dari ikhtiar kita. Sambil kita berikhtiar fisik, batin kita senantiasa bertawakal kepada-Nya. Karena ikhtiar itu aktivitas lahiriyah, sementara tawakkal itu aktivitas batiniyah. Keduanya berjalan secara berbarengan satu sama lain.

Dengan pemahaman seperti ini, maka umat Islam akan kuat dalam meraih cita-cita yang ingin dicapainya. Dan semakin tenang hatinya karena ia menyerahkan urusan kepada Zat yang sebaik-baik diserahi urusan. Demikian pembahasan masalah tawakal ini. Mengenai pembahasan tawakkal dengan rezeki secara spesifik insyaAllah akan dipaparkan pada lain kesempatan.

Wallahu a'lam bishowab

Jika Anda tertarik untuk membaca cara tawakal yang dapat melapangkan rezeki, maka Anda bisa mengunjungi pada tautan berikut ini : Tawakkal Untuk Melapangkan Rezeki


Referensi : Islam Politik & Spiritual karangan Hafidz Abdurrahman.
image source : infodakwahislam.wordpress.com

Berkah Istighfar : Meredakan Pertengkaran Rumah Tangga

Minggu, 26 Mei 2013
Seperti yang telah kami paparkan pada artikel sebelumnya bahwa istighfar dapat menjadi solusi berbagai problematika kehidupan. Kisah dibawah ini adalah salah satu bukti bahwa memang benar amal ibadah ini dapat membukakan jalan akan kesusahan yang sedang kita alami dengan jalan keluar yang tiada disangka-sangka. Tidak hanya mustajab untuk memudahkan rezeki yang lambat dan tersendat-sendat, namun juga dapat meredakan amarah akibat pertengkaran. Silakan disimak kisah selengkapnya berikut ini :

lafadz istighfar

Malam hari waktu itu aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dalam keadaan tubuh yang sangat letih dan kepalaku penat karena banyaknya beban pikiran. Ketika aku membuka pintu, didalam isteriku sudah menyambutku dengan raut wajah yang tidak enak dilihat, nampak sekali dia sedang marah. Belum sempat ku sapa isteriku, ia sudah memborbardirku dengan berbagai pertanyaan yang membuatku semakin bertambah pusing. Karena aku dalam kondisi yang letih dan bad mood, aku jadi kehilangan kendali.. Aku balik memarahi isteriku dan siap untuk pertengkaran yang panjang malam itu.

Benar saja.. Malam semakin larut, sementara pertengkaran belum menunjukkan tanda-tanda berhenti. Sampai hampir subuh waktu itu dan tidak ada salah satu pihak yang mau mengalah. Aku pun sebagai lelaki tak mau mengalah, sehingga akhirnya isteriku mengancam akan pergi dari rumah dan pulang ke rumah orang tuanya. Saat ia mengancam akan meninggalkan rumah, akhirnya aku luluh juga. Aku bujuk ia untuk mengurungkan niatnya, namun karena aku juga masih kesal, jadinya aku membujuknya sambil setengah hati juga, akibatnya usahaku tidak membuahkan hasil. Isteriku masuk ke dalam kamar, ia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dan bersiap-siap untuk meninggalkan rumah. Waktu itu pusing, marah, menyesal, sedih, bingung campur aduk dalam pikiranku. Dengan langkah gontai aku keluar rumah untuk menenangkan pikiranku yang sedang kalut tidak karuan.

Kebetulan di samping rumahku berdiri sebuah masjid. Waktu itu larut malam dan sebentar lagi akan masuk waktu subuh. Aku berfikir sebaiknya aku mengadukan persoalanku ini kepada Allah. Lalu aku pun masuk ke dalam masjid, lalu beristighfar kepada Allah 'Azza wa Jalla. Aku terus-terusan memohon ampun kepada Allah sampai masuk waktu subuh dan sholat berjamaah di masjid. Selesai sholat aku berrjalan pulang menuju rumah.

Ketika aku membuka pintu, aku melihat isteriku yang sedang duduk di ruang tamu. Aku melihat wajahnya tampak masih lesu akibat pertengkaran panjang semalam. Namun aku melihat ia diam dan tiba-tiba bibirnya tersenyum lirih kepadaku. Kuucapkan salam lalu bertanya,"Kamu jadi pergi hari ini?". Lalu isteriku menjawab,"Tidak, aku menyesal atas apa yang sudah kuperbuat tadi malam.". Aku heran.. dalam hati aku bertanya,"Ada yang aneh.. Kenapa cepat sekali berubah pikiran?". Aku tanyakan kepada isteriku apa yang terjadi?. Lalu isteriku menjawab,"Entahlah.. semenjak kau pergi tadi tiba-tiba saja perasaan marahku berangsur-angsur hilang, lalu aku jadi menyesali sendiri perbuatanku tadi.. Mungkin Allah telah menunjukiku.". Demikian jelas isteriku.

Aku ingat sewaktu pergi keluar rumah tadi, aku menuju masjid dan beristighfar terus hingga masuk waktu subuh. Mungkin benar sabda Rasulullah SAW bahwa :

“Barangsiapa memperbanyak istighfar niscaya Allah membukakan dari setiap kesusahan ada jalan keluar dan dari setiap kesempitan ada penyelesaian serta diberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka."

Aku bersyukur kepada Allah akan keputusan isteriku yang membatalkan niatnya pergi meninggalkan rumah. Aku meminta maaf kepada isteriku dan kami membicarakan masalah kami dengan baik-baik dan berharap semua kembali menjadi normal.

                                                          --------------

Jika Allah sudah berkehendak maka tidak ada yang tidak mungkin. Sesuai dengan Hadis Rasulullah bahwa jika Allah sudah berkenan menolong, datangnya pertolongan-Nya seringkali diluar dugaan atau tak terbayangkan sebelumnya. Kiranya kita dapat mengambil pelajaran dari sini dan ikut melazimkan istighfar dalam kehidupan sehari-hari. Jikalau kita sedang menghadapi masalah yang berat, mudah-mudahan Allah berkenan mengangkat masalah pelik yang sedang kita alami.

Jika anda belum membaca artikel mengenai Istighfar : Solusi Segala Masalah, maka anda bisa membacanya di artikel tersebut di sini
Untuk kisah-kisah mengenai keistimewaan istigfar lainnya bisa di baca di sini 

Sumber: Keajaiban Sedekah & Istighfar karya Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam (penerjemah Muhammad Iqbal, Lc & Jamaluddin), penerbit Darul Haq cet. V, Rajab 1429 H/Agustus 2008 M, hal. 135-137. Judul dirombak, isi disadur ulang tanpa mengurangi esensi cerita. diposting di blog ayat 1000 dinar

image source : mimtulungagung.wordpress.com

Kumpulan Kisah Keajaiban Istighfar

Masih melanjutkan bab pembahasan tentang tema amal pembuka rezeki dan ayat seribu dinar. Pada postingan artikel sebelumnya kita telah mengupas masalah istighfar. Jika anda belum membacanya, artikel tersebut bisa anda baca di :Istighfar : Solusi Segala Masalah

Pada pembahasan artikel itu telah kami paparkan mengenai keutamaan amal ibadah ini sebagai solusi segala problematika hidup. Telah kami cantumkan pula dalam artikel tersebut beberapa kisah singkat dari mereka yang mendapat keberkahan ketika mengamalkannya. Harapan kami, siapa saja yang membaca artikel kemarin dapat memulai memperbanyak dan membiasakan istighfar dalam kehidupan sehari-hari. Mudah-mudahan Allah senantiasa melapangkan hidup kita dan membuka kesulitan-kesulitan dari berbagai urusan kita, termasuk urusan rezeki, insyaAllah..

Sebelum membahas mengenai amal ibadah yang berkaitan dengan kerezekian. Kami berfikir perlu adanya bukti-bukti dari mereka yang telah mendapatkan keberkahan dan kemujaraban setelah memperbanyak dan rutin beristighfar. Hal ini agar dapat menguatkan keyakinan kita bahwa firman Allah pasti benar dan sabda Rasulullah senantiasa dapat kita jadi hujjah. Oleh karenanya beberapa artikel kedepan akan kami muat beberapa kisah keajaiban istighfar yang kami kumpulkan dari berbagai literatur. Mudah-mudahan dengan adanya bukti-bukti dari mereka yang telah sukses dengan amalan ini dapat semakin mengikis keragu-raguan kita akan kebenaran amal ibadah ini yang bersumber langsung dari al-Qur'an.

lafadz istighfar

Semoga Allah berkenan mengangkat masalah pelik yang sedang kita hadapi, mengampuni dosa-dosa dan kesalahan kita, mengangkat derajat kita, menjauhkan dari siksa api neraka dan mengumpulkan kita semua ke dalam surga Nya. Insya Allah..

Kisah Pertama :
Berkah Istighfar : Meredakan Pertengkaran rumah tangga.
Dalam kisah ini diceritakan pertengkaran sepasang suami isteri yang sudah mencapai puncaknya menjadi luruh seketika. Simak kisah lengkapnya di sini

Kisah Kedua :
Berkah istighfar : Doa senantiasa dikabulkan oleh Allah.
Dalam kisah ini diceritakan seorang hamba Allah yang doanya senantiasa dikabulkan oleh Allah sejak ia rajin beristighfar. Simak kisah selengkapnya di sini

Kisah ketiga :
Berkah istighfar : Selamat dari fitnah.
Dalam kisah ini diceritakan seorang dokter yang difitnah para koleganya, namun kehendak Allah mengizinkan ia selamat dari rencana makar para rekan-rekannya. Simak kisah selengkapnya di sini

Kisah keempat :
Berkah istighfar : Mendapatkan keturunan
Dalam kisah ini diceritakan sepasang suami isteri yang telah lama menikah namun tak kunjung dikaruniai keturunan. Namun dengan terapi istighfar, Allah akhirnya memperkenankan keinginan mereka. Simak kisah selengkapnya di sini

Kisah kelima :
Berkah Melazimkan Istighfar : Cobaan berat diangkat oleh Allah
Dalam kisah ini diceritakan seorang isteri dan ibu rumah tangga beranak lima yang ditinggal mati oleh suaminya, ibu ini menceritakan betapa beratnya harus berjuang mencukupi kebutuhan hidup dirinya beserta anak-anaknya pasca sang suami meninggal. Simak bagaimana beliau bisa mengatasi cobaan hidup yang dialaminya di sini

Kisah-kisah selanjutnya akan di update list nya pada postingan ini.


image source : mimtulungagung.wordpress.com

Istighfar : Solusi Segala Masalah

Jumat, 24 Mei 2013
Pada artikel sebelumnya "ayat seribu (1000) dinar" telah jelas bahwa yang dimaksud dengan ayat-ayat seribu dinar adalah tentang taqwa kepada Allah. Maka pada artikel ini akan dibahas mengenai bagaimana cara mengamalkan ayat ini agar hidup kita berlimpah rezeki yang halal dan berkah sebagai pemberian dari Allah SWT.

lafadz istighfar

Istighfar : Solusi Segala Masalah
Amal ibadah pertama yang akan kita bahas adalah istighfar. Amalan ini disebut dalam al-Qur'an sebagai salah satu sifat dari hamba Allah yang bertaqwa (QS Ali 'Imran : 133 - 135). Selain sebagai salah satu karakteristik dari orang bertaqwa, amalan ini sungguh istimewa. Dalil-dalil yang membahas mengenai istighfar menyebutkan betapa ia dapat menjadi solusi segala masalah. Artinya masalah apapun yang kita hadapi dan kita merasa berat menjalaninya dapat diatasi dengan satu solusi, yaitu istighfar. Adapun dasarnya adalah dari dalil-dalil berikut ini :

Rasulullah SAW bersabda,

"Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan melapangkan setiap kesusahannya, memberi jalan keluar pada setiap kesukarannya, dan memberinya rezeki tanpa diduga-duga."
(HR. Abu Dawud dan Nasa'i)

Suatu hari Rasulullah SAW tengah berkumpul bersama sejumlah sahabatnya di masjid. Kemudian masuklah empat orang lelaki. Setiap dari mereka datang membawa masalah yang ingin disampaikan kepada Rasulullah SAW. Orang pertama mengeluh karena di daerahnya sudah lama tidak turun hujan. Rasulullah SAW menasehatinya,"Beristighfarlah". Orang kedua mengeluh karena sudah lama menikah tapi belum dikaruniai keturunan. Rasulullah SAW bersabda,"Beristighfarlah". Orang ketiga mengeluhkan kesulitan ekonominya. Rasulullah SAW lalu berkata,"Beristighfarlah". Orang keempat mengeluhkan tanah pertaniannya yang sudah tidak subur lagi. Lagi-lagi beliau SAW bersabda,"Beristighfarlah". Abu Hurairah yang saat itu ada bersama mereka terheran-heran, kemudian ia bertanya kepada Nabi,"Ya Rasulullah, mengapa masalah yang berbeda-beda tetapi penawarnya hanya satu?" Rasulullah SAW kemudian membaca surat Nuh 10 - 12 :
 "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai- sungai”.
(HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Dua hadis diatas cukuplah menjadi bukti yang menunjukkan bahwasanya istighfar adalah amalan yang sangat manjur untuk mengangkat setiap masalah dan segala kesulitan hidup. Berikutnya kita akan membahas keistimewaan amalan istighfar yang berkaitan dengan rezeki.

Istighfar akan memudahkan dan melapangkan rezeki.
Mengenai hal ini telah jelas disebutkan dalam al-Qur'an :
 
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai- sungai”. [QS 71 : 10-12]

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan,"Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepada-Nya dan kalian senantiasa menaati-Nya, niscaya Dia akan membanyakkan rezeki kalian, menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan hewan ternak untuk kalian, membanyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang didalamnya terdapat bermacam buah-buahan untuk kalian, serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu (untuk kalian)."

Selain dalil dari al-Qur'an terdapat pula dalil yang bersumber dari Hadis. Diantara dalil-dalil yang bersumber dari Hadis adalah dalil berikut :

"Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan melapangkan setiap kesusahannya, memberi jalan keluar pada setiap kesukarannya, dan memberinya rezeki tanpa diduga-duga."
(HR. Abu Dawud dan Nasa'i)

"Barangsiapa yang merasa rezekinya lambat atau tersendat-sendat, maka hendaknya Ia beristighfar kepada Allah."
(HR. Baihaqi dan Ar-Rabi'i)

Agar Istighfar Membuka Pintu Rezeki
Sebenarnya bagaimana cara beristighfar yang harus kita lakukan agar ia dapat membuahkan hasil : memudahkan rezeki dan membukakan jalan keluar setiap masalah dan kesulitan?

Jika kita menilik lagi kepada sabda Rasulullah SAW :

"Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan melapangkan setiap kesusahannya, memberi jalan keluar pada setiap kesukarannya, dan memberinya rezeki tanpa diduga-duga."
(HR. Abu Dawud dan Nasa'i)

Maka kita akan mendapati ada kata kunci yang tersurat disana, yaitu kata "memperbanyak" atau dalam lafadz bahasa arab : "aktsara". Dalam riwayat lain disebutkan lafadz "lazima" atau melazimkan atau membiasakan. Jadi kuncinya ada pada memperbanyak, melazimkan, atau membiasakan istighfar. Maka dari itu Allah akan melapangkan setiap kesusahan, membukakan jalan keluar dan memberi kita rezeki yang tak terduga dengan jalan membiasakan istighfar.

Kata "memperbanyak" dan "membiasakan" berarti bukanlah jenis pekerjaan yang bisa membuahkan hasil dengan hanya sekali dua kali kerja. Ia adalah jenis pekerjaan yang baru dapat membuahkan hasil dengan cara dilakukan terus menerus, kontinu dan berkesinambungan. Oleh karena itu jika kita melakukan hanya sekali dua kali atau jika kita tidak berkesinambungan atau kumat-kumatan, sehari beristighfar besoknya ditinggalkan lalu besoknya lagi diamalkan lagi maka bisa jadi Allah menunda pertolongan-Nya, karena kita juga seenaknya sendiri dalam mengamalkannya. Untuk itu dibutuhkan tools lainnya sebagai penunjang keberhasilan istighfar kita, tools itu adalah keyakinan yang kuat, keikhlasan, kesungguhan, dan kesabaran. Kalau kita tidak yakin, maka kita pun juga tidak akan bersungguh-sungguh dalam menjalaninya, jika kita tidak bersungguh-sungguh maka sulit untuk ikhlas, jika kita tidak ikhlas maka kita tidak akan sabar, apabila kita tidak sabar, sudah barang tentu kita tidak akan sanggup membiasakan istighfar, dan sudah tentu Allah akan menunda pertolongan-Nya sampai kita bisa "memperbanyak" atau bisa "membiasakan".

Dalam hal pembiasaan istighfar ini sebenarnya sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dimana dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim didapati bahwasanya Rasulullah SAW setiap hari tidak pernah lupa beristighfar, dan dalam 1 hari beliau bisa beristighfar tidak kurang dari 70 kali, bahkan dalam suatu riwayat bisa sampai 100 kali.

Dalam hal ini ada salah seorang sahabat yang menghitung Rasulullah SAW mengucapkan lafadz "Robbighfirli watub 'alayya.." (Ya Allah ampunilah aku dan aku bertaubat kepada Mu..) lebih dari 70 kali.

Cara beristighfar kepada Allah
Ada baiknya kita mendengarkan pendapat dari Imam Al-Ghazali dalam perkara ini. Imam Ghazali berkata,"Menurutku istighfar di lisan saja adalah merupakan kebaikan, karena gerakan lisan yang beristighfar masih lebih baik daripada seseorang yang gahibah atau berkata-kata yang tiada manfaatnya, ia juga lebih baik daripada lisannya diam. Namun ia akan kurang nilainya jika dibandingkan dengan amal hati."

Imam Ghazali juga berkata,"Yang termasuk taubatnya pendusta adalah istighfar yang hanya di lisan saja tetapi hatinya tidak ikut serta. Karena hatinya tidak berniat untuk memohon ampun."

Dalam hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :

"Sesungguhnya doa yang paling utama adalah doa yang keluar dari hati yang bersungguh-sungguh dan tekun. Itulah doa yang didengar dan diijabah, walaupun doanya sedikit."
(HR. Al-Hakim)

Oleh karena itu saat kita beristighfar, kita tidak hanya melakukan dengan lisan semata, namun hati dan perbuatan kita juga kita ikut sertakan. Saat lisan kita memohon ampun kepada Allah dengan lafadz-lafadz istighfar yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, hati kita menerjemahkan apa yang kita baca dan meresapi dengan sungguh-sungguh. Buat hati kita menyesali perbuatan dosa kita, dan adakan niat untuk berhenti dari dosa, lalu kita ganti dengan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan keridhoan Allah.

Istighfar yang dilakukan dengan hati, lisan dan perbuatan inilah yang paling baik. Maka dari itu hal inilah yang perlu kita lakukan untuk mendapatkan pertolongan dari Allah.

Mereka yang sudah mendapatkan pertolongan Allah dengan Istighfar.
 
  • Dalam buku "At-Tadawi bil istighfar" halaman 52 Karya Hasan bin Ahmad Hammam, dikisahkan bahwa dengan istighfar dagangan akan menjadi laris.
Dalam kitab tersebut diceritakan "Seorang lelaki pergi ke pasar untuk menjual dagangannya. Waktu itu pasar penuh sesak dengan penjual dan pembeli. Dia duduk di tempat yang disiapkan untuk jualan dan menjajakan dagangannya. Waktu berlangsung lama tapi tak seorangpun tertarik dengan dagangannya. Orang-orang hanya melihat lalu pergi. Dia sangat membutuhkan uang sehingga mau tidak mau harus menjual barang dagangannya. Waktu sudah berjalan cukup lama namun tak seorangpun membeli dagangannya.

Dia merasa sempit dan berfikir keras apa yang arus dilakukan. Seketika dia ingat sebuah Hadis (Hadis keutamaan istighfar) yang pernah didengarnya dari imam masjid. Maka diapun mulai beristighfar dan terus beristighfar.

Dia bercerita, "Demi Allah, tatkala saya mulai beristighfar orang-orang mulai datang, yang ini ingin membeli yang lain juga ingin membeli, yang lain lagi menaikkan tawaran lebih tinggi, mereka berebut untuk membeli dagangan saya.

Aku pulang dengan membawa banyak uang, sementara air mataku menetes karena selama ini telah melalaikan barang yang sangat berharga. yakni istighfar maka lidahku tak henti-hentinya memuji alhamdu lillahi Rabbil Alaimin".

  • Diceritakan, seorang pria mendatangi Imam masjid Nabawi di kota Madinah, Arab Saudi. Pria tersebut menyampaikan keluhan kepada imam masjid bahwa ia telah beberapa tahun menikah namun belum juga dikaruniai keturunan oleh Allah SWT. Berbagai terapi medis telah dijalani bersama sang isteri, akan tetapi semua ikhtiar tersebut belum membuahkan hasil. Pria tersebut mengharapkan agar sang imam berkenan untuk mendoakannya agar Allah berkenan untuk mengkaruniai keturunan.

Sang imam pun bersedia untuk mendoakan pria tersebut. Namun imam juga meminta agar pria tersebut juga tetap berdoa serta rajin membaca istighfar. Pria itu pun menuruti nasehat sang imam. Kemudian pria tersebut semakin rajin berdoa dan membaca istighfar. Selang beberapa waktu pria tadi datang kembali menemui sang imam dengan wajah berseri-seri, ia menyampaikan terima kasih karena akhirnya isterinya telah positif hamil.

  • Suatu waktu, kemarau panjang menerpa negeri muslimin. Amirul mukminin, Umar bin al-Khattab tak mau tinggal diam. Beliau berinisiatif memohonkan hujan. Akan tetapi, bukannya salat istisqa’ seperti yang direncanakan Umar pada awalnya melainkan beliau seorang diri hanya melafalkan kalimat-kalimat istighfar. 
Namun ternyata Istighfar Umar bukan sembarang istighfar. Tapi istighfar yang penuh ijabah. Benar saja, tak lama kemudian, hujan deras membasahi tanah muslimin. Seseorang yang keheranan langsung bertanya, “Bagaimana bisa Anda memohon hujan hanya dengan membacakan istighfar?”. Dengan enteng, Umar ra berujar, “Aku memohon hujan dengan kunci-kunci langit.

  • Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, jika beliau sedang mendapat masalah yang cukup berat, solusinya adalah dengan memperbanyak istighfar. "Jika masalah yang saya hadapi mengalami kebuntuan (sulit menemukan solusinya), saya beristighfar kepada Allah sebanyak seribu kali. Allah pun memberi saya jalan keluarnya." Itulah pengakuan dari seorang ulama besar yang menjadi guru dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah.

Demikianlah bab istighfar sebagai amalan pembuka rezeki. Insya Allah pada postingan berikutnya masih akan membahas seputar amal-amal yang akan memudahkan datangnya rezeki yang halal dan berkah.

Wallahu a'lam bishowab

Untuk membaca beberapa kisah keistimewaan istighfar bisa di akses di link berikut :
Kumpulan Kisah Istighfar


image source : mimtulungagung.wordpress.com

Mengenal Hakikat Rezeki Dalam Islam

Minggu, 19 Mei 2013
Sebenarnya postingan kali ini sesuai yang saya janjikan seharusnya masih membahas seputar ayat 1000 dinar. Namun rasa-rasanya sebelum membahas lebih jauh mengenai antara keterkaitan antara taqwa dan kerezekian ada baiknya kita membahas lebih dulu mengenai hakikat rezeki itu sendiri. Karena siapa tahu ada yang keliru dalam memahami soal rezeki dalam Islam sehingga mempercayai hal-hal yang sebenarnya tidak ada dalam Islam. Hal itu bisa menjadi takhayul dan khurafat dalam benak kita sebagai hamba Allah. Takhayul dan khurafat ini haruslah dibersihkan terlebih dahulu.

rezeki

Takhayul Rezeki
Coba terangkan kepada saya.. Apa hubungannya antara cermin pecah dengan nasib seseorang?

Mungkin banyak dari anda akan berkata : tidak ada hubungannya..

Tapi coba anda mampir ke Inggris. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh The Betway Group, Pada tahun 2012 ada lebih dari sembilan juta orang di Inggris yang percaya bahwa jika anda memecahkan cermin kaca, maka anda akan sial selama tujuh tahun. Dan ada lebih dari 10 juta orang yang tidak ingin berjalan di bawah tangga karena takut bernasib sial.

Jika anda berkunjung ke Korea Selatan maka anda akan kesulitan menemukan panel tombol lantai nomor 4 dan 13 di dalam lift hotel-hotel paling internasional sekalipun. Di Korea anda pun akan jarang melihat orang yang memotong kuku pada malam hari. Konon katanya jika kita memotong kuku di malam hari, tikus akan memakan potongan kuku kita, dan mereka akan dapat berubah menjadi manusia, mengambil formulir, bahkan mencuri jiwa kita.

Jika anda mempercayai hal-hal tersebut di Indonesia, mungkin anda akan ditertawakan karena percaya kepada takhayul yang tak masuk akal. Walaupun Indonesia sendiri termasuk negeri dengan segudang takhayul.

Ngobrol tentang takhayul, sebenarnya ada pula takhayul dalam perihal rezeki. Takhayul ini berkembang dalam benak kaum muslim dan mengkaburkan akan kebenaran tentang masalah rezeki dalam Islam. Sebenarnya bagaimana Islam bicara tentang rezeki? Benarkah rezeki sudah ditentukan? Benarkah rezeki itu Allah yang mengatur? Apa saja rezeki yang diatur oleh Allah?

Melalui postingan kali ini, kita akan sedikit membahas mengenai hakikat rezeki dalam Islam. Bagaimana sesungguhnya penjelasan mengenai hakikat rezeki dalam Al-Qur'an.

Rezeki Ada Di Tangan Allah
Umat Islam sangat familiar dengan istilah "Rezeki ada di tangan Allah." Namun zaman sekarang sangat nampak bahwa pemikiran “Rezeki di tangan Allah” telah mengalami pergeseran sehingga kehilangan maknanya. Pemikiran tersebut menjadi kosong dan bahkan tidak menjadi keyakinan bagi kebanyakan umat Islam saat ini. Dengan hilangnya makna pemikiran tersebut, kemudian berkembang khurafat dan takhayul dalam benak sebagian umat Islam. Pemikiran khurafat dan takhayul itu, antara lain : 
  • Rizki tergantung pada usaha manusia, sehingga usaha manusialah yang menentukan rizki.
  • Rizki itu tergantung pada akal dan kedudukan, sehingga siapa yang lebih pandai, maka sudah pasti rizkinya akan lebih banyak, demikian juga seorang atasan lebih banyak rizkinya dibanding bawahan.
  • Rizki adalah materi yang dapat dihitung secara matematika, sehingga ketika jumlahnya berkurang, di satu sisi  jumlah pembaginya bertambah, maka rizkinya akan berkurang. 
Itulah pemikiran khurafat dan takhayul yang berkembang dalam benak kaum muslimin saat ini. Akibatnya, umat Islam saat ini menjadi umat yang materialistik dan cenderung menjadi orang yang bakhil, takut menentang kezaliman dan tidak berani amar ma'ruf nahi munkar karena khawatir akan kehilangan kedudukan dan hartanya. Jika mencari ilmu, belajar atau yang lain, juga tidak bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan menjadi muslim yang taat serta bermanfaat, namun hanya semata-mata untuk meraih kenikmatan materi. Karena itu, ketika tujuannya telah tercapai, proses belajarnya akan berhenti. Sebab semuanya telah tercapai. Inilah pemikiran-pemikiran khurafat dan takhayul yang berkembang di benak sebagian besar kaum muslimin. Semuanya ini adalah debu-debu kotor yang harus dibersihkan dari  benak  mereka, sehingga makna pemikiran “rizki di tangan Allah SWT.” tersebut benar-benar jernih dan cemerlang.

Hakikat Rezeki Dalam Islam
Mengenai hakikat rizki harus difahami berdasarkan realitas makna lafaz dan syara’nya, baik yang diambil berdasarkan pengertian bahasa maupun syara’. Lafadz  ar-Rizq, dalam bahasa Arab berasal dari  Razaqa-Yarzuqu-Rizq yang berarti: A’tha-Yu’thiI’tha’ (pemberian).

Jadi, secara etimologis ar-Rizq berarti pemberian.

Adapun menurut terminologis/istilah,"rizki adalah Apa saja yang bisa dikuasai (diperoleh) oleh makhluk, baik yang bisa dimanfaatkan atau tidak."

Definisi “Apa saja yang bisa dikuasai (diperoleh)”  meliputi semua bentuk rizki;

    Halal & Haram
    Positif & Negatif
    Sehat & Sakit
    Cerdas & Tidak cerdas
    Cantik &  Jelek, dan sebagainya

Semuanya merupakan rizki.

Definisi ini menjelaskan, bahwa rizki berbeda dengan hak milik. Sebab, hak milik selalu memperhatikan cara, yaitu  syar’i atau  ghayr syar’i;

Jika  caranya  syar’i,  maka  hak miliknya halal
Jika ghayr syar’i, maka hak miliknya tidak  halal.

Tetapi, dua-duanya tetap disebut rizki. Definisi ini juga meliputi rizki yang diperoleh secara mutlak, baik tanpa usaha, seperti pemberian, waris, diyat, ataupun karena usaha, seperti bekerja, menjadi broker, atau yang lain, termasuk kerja yang diharamkan, seperti mencuri, merampok dan sebagainya. Semuanya ini bisa mendatangkan rizki meskipun kemudian ada yang halal dan haram.

Mengenai definisi "baik yang bisa dimanfaatkan maupun tidak” meliputi semua  bentuk rizki, baik yang positif maupun yang negatif, sekaligus menafikan rizki yang dianggap hanya sesuatu yang bisa dimanfaatkan saja.

Inilah makna pemikiran mengenai rizki, yaitu apa saja yang diberikan Allah SWT yang diperoleh oleh manusia.

Sekarang kita bicara dalil.
Dalam al-Qur'an, Allah SWT juga dinyatakan sebagai sebab bagi rizki manusia.

Allah SWT. berfirman :

“Dan di langit ada (sebab-sebab) rizki kamu, juga apa saja yang telah dijanjikan kepada kalian. Maka, demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi)  seperti  perkataan  yang  kamu  ucapkan.”  (Q.s. Adh-Dhâriyât; 22-23).

Belum pernah ada satu ayat pun yang menggunakan ta’kîd (penegasan) yang sedemikian kuat melebihi ayat rizki ini.

Pertama, penegasan kebenaran, bahwa rizki di tangan  Allah  (di  langit)  dan sebabnya hanya Allah, dengan menggunakan qasam (sumpah), yaitu Wa Rabbi as-Samâ’i Wa al-Ardh (demi Tuhan langit dan bumi).

Kedua, penegasan dengan menggunakan huruf ta’kîd, yaitu Innahu, yang berarti “sesungguhnya rizki”.

Ketiga, penegasan yang menggunakan huruf lam at-ta’kîd, yaitu Lahaqqun, yang artinya “benar-benar akan terjadi”.

Keempat, penegasan dengan menggunakan huruf ta’kîd, yaitu Innakum, yang artinya “sesungguhnya kamu”.

Kelima, penegasan  dengan menggunakan  lafadz: Tanthiqûn (kamu berbicara) dan bukan yang lain, yaitu antara lafadz: Tanthiqûn dengan Rizq disatukan dalam satu konteks kalimat, yang menunjukkan bahwa antara rizki dengan bicara tersebut mempunyai tempat yang sama, yang sekaligus menunjukkan hubungan antara rizki dengan mulut. Ini artinya, bahwa “Kalian tidak bisa berbicara dengan menggunakan mulut orang lain, selain mulut  kalian sendiri, maka kalian juga tidak bisa memakan rizki orang lain, selain rizki kalian sendiri.”

Karena itu, setiap makhluk yang diberikan kehidupan oleh Allah pasti  telah  Dia tetapkan rizkinya, sebagaimana yang dijelaskan olehAllah SWT.:

“Dan  tidak  ada  satupun  hewan  melata  di  muka  bumi  ini,  kecuali  rizkinya  telah ditetapkan oleh Allah. Dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” (Q.s. Hûd: 6).

Ayat ini secara tegas memaparkan, bahwa tidak satu pun makhluk yang diberi kehidupan oleh Allah, kemudian dibiarkan hidup tanpa jaminan rizki dari-Nya. Sebab, siapakah yang menjamin rezki manusia? Tentu bukan manusia, sebaliknya Allah. Maka, ketika ada orang tua yang takut keturunannya lahir tanpa  jaminan rizki, kemudian mereka membunuh keturunannya karena takut akan kelaparan, dengan tegas ketakutan tersebut dibantah oleh Allah:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. ” (Q.s. Al-Isrâ’: 31).

“...Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan juga kepada mereka...”  (Q.s. Al-An’âm: 151).

Melalui ayat ini, Allah SWT. ingin menjelaskan, bahwa rizki itu tidak bisa dihitung dengan angka matematika. Maka, ketika seseorang mempunyai gaji Rp.2,000,000 (dua juta rupiah)  dimakan seorang, akan  berubah  komposisinya ketika masih single, dengan ketika telah menikah, dimana angka di atas sebelumnya dibagi satu, menjadi dua, suami-isteri, dan jika mempunyai satu anak, akan berkurang  lagi menjadi  Rp.  666,000  per orang. Akhirnya muncul ketakutan dan rasa takut, karena jumlahnya berkurang. Akibatnya muncul  rasa  takut  menikah, mempunyai anak dan ketakutan-ketakutan yang lain. Inilah yang dibantah oleh Allah  SWT.  seakan ingin menyatakan: “Bukan kamu yang  menjamin rizki mereka, melainkan Akulah Yang menjamin  rizki mereka, juga rizki kamu.”Inilah yang dijanjikan oleh Allah SWT. Jaminan rizki tersebut telah diberikan  oleh Allah SWT. melalui orang tuanya atau melalui orang lain.

Ayat-ayat dan makna pemikiran rizki di atas memberikan gambaran, bahwa “rizki  di tangan Allah” adalah  pemikiran yang menjadi keyakinan dan wajib dimiliki oleh setiap orang Islam. Karena pemikiran tersebut  memang nyata adanya dan tidak kontradiksi dengan realitasnya. Orang yang mengingkarinya bisa jatuh kepada kekufuran.

Keyakinan mengenai “rizki di tangan Allah” tersebut meliputi keyakinan mengenai segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT. baik pemberian dalam bentuk materi, maupun non materi; baik berupa gaji ataupun bukan. Karena itu, bisa saja gaji seseorang kecil, tetapi rizkinya besar. Dengan  demikian, rizki  tidak tergantung pada jabatan dan kedudukan, dan tidak tergantung pada akal, ilmu  ataupun yang lain. Karena Allah telah memberikan rizki tersebut secara mutlak kepada siapapun. Tepat sekali  ungkapan penyair yang menyatakan:

Kalaulah rizki tergantung pada akal,
Tentu binatang-binatang telah binasa karena kebodohannya.


Jadi, rizki tersebut semuanya tergantung pada irâdah dan masyî’ah Allah SWT. saja, tetapi bukan berarti menafikan usaha manusia. Sebab, makna pemikiran “rizki di tangan Allah” adalah masalah keyakinan yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Sedangkan masalah usaha agar “rizki di tangan Allah” tersebut sampai kepada manusia, adalah masalah hukum syara’. Dan ini merupakan dua wilayah yang berbeda. Yaitu, wilayah hati dan fisik. Karena itulah, maka usaha untuk memperoleh rizki hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim. Allah SWT. berfirman:

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah anugerah Allah.” (Q.s  Al Jumu’ah: 10)

Meskipun usaha merupakan kewajiban bagi tiap muslim untuk mendapatkan rizki agar sampai kepadanya, tetapi usaha ini bukanlah sebab yang memastikan datangnya rizki. Usaha hanyalah faktor-faktor kondisional (al-hâlah) yang harus diusahakan agar “rizki di tangan Allah” tersebut datang. Artinya, jika seseorang bekerja, belum tentu mendapatkan rizki. Jika demikian, siapa yang menjadi sebab rizki? Tentu hanya Allah SWT. Firman Allah SWT.:

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rizki kalian, dan terdapat apa yang telah dijanjikan kepada kalian.” (Q.s. Adh-Dhâriyât: 22).

Sebahagian ulama’ ada yang mengaitkan sebab rizki tersebut dengan tawakkal kepada Allah SWT. Ini artinya, bahwa sebab rizki ini adalah Allah SWT. Karena itu yang menentukan banyak dan sedikitnya rizki adalah keyakinan seseorang kepada Allah sebagai ar-Razzâq (Maha Pemberi Rizki), sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits Nabi saw.:

“Jika kalian bertawakkal dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rizki kepada kalian, sebagaimana Dia telah memberi rizki kepada burung yang berangkat (pagi) dengan perut kosong, dan pulang dengan (perut) kenyang.” (H.r. At-Tirmidzi dan Ahmad).

Jadi, meskipun rizki tersebut ditentukan oleh Allah, dan usaha manusia tidak mempengaruhi besar dan kecilnya rizki, tetapi usaha tetap merupakan faktor yang menentukan halal dan haramnya rizki yang diberikan oleh Allah SWT. Karena itu, mengapa ada perbedaan antara rizki dengan pemilikan rizki. Setiap muslim wajib berusaha mencari rizki dengan usaha yang bisa mengantarkannya pada hasil yang halal. Meskipun hakikat rizki yang halal dan haram tersebut sama-sama dari Allah SWT., tetapi status halal dan haram tersebut adalah manusialah yang menentukan. Yaitu dengan mendapatkan rizki berdasarkan pemilikan yang sahih berdasarkan ketentuan Islam.

Karena itu, manusia akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah karena cara memperolehi rizkinya; apakah bertentangan dengan cara yang telah ditetapkan oleh Allah atau tidak? Demikian halnya pertanggungjawaban atas pemanfaatan rizki yang diberikan kepada manusia; apakah untuk sesuatu yang disyariatkan oleh Allah atau tidak? Sebab, semuanya ini merupakan wilayah aktivitas manusia yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Hanya manusia tidak akan diminta pertanggungjawaban karena sedikit atau banyaknya, atau karena baik dan buruknya, atau karena positif dan negatifnya rizki yang diberikan kepadanya. Sebab, masalah ini merupakan wilayah Allah, dan bukannya wilayah manusia.

Demikian penjelasan mengenai hakikat rezeki dalam Islam semoga dapat menjadi manfaat bagi kita umat Islam. Inilah yanga perlu kita pahami terlebih dahulu sebelum melaksanakan amalan pembuka pintu rezeki menurut Islam.

Wallahu a'lam bishowab



* Artikel disadur dari buku Islam Politik dan Spiritual Karangan Hafidz Abdurrahman  

* image source :  khazanahislamku.blogspot.com

Ayat Seribu (1000) Dinar

Sabtu, 18 Mei 2013
Pernah dengar istilah ayat 1000 dinar?
Sebenarnya bukan istilah baru sih, sudah ada dari zaman dulu. Istilah ini muncul setelah zaman Nabi Muhammad SAW. Tidak jelas juga siapa yang menamai ayat ini dengan nama ayat 1000 dinar, anda yang baru pertama kali mendengar istilah ini pun tentu akan bertanya-tanya :

-Memangnya ada dalam Al-Qur'an ayat seribu dinar itu?
-Dimana ayat itu berada?
-Apa keistimewaan ayat tersebut?
-Ini ayat kalo dibaca, kita bisa dapet 1000 dinar ya?
-Bagaimana cara mengamalkannya?

Adapun penamaan ayat ini dengan sebutan ayat seribu dinar nampaknya berkaitan dengan masalah kerezekian. Dan ternyata memang isi dari ayat Al-Qur'an ini berkaitan dengan rezeki dan solusi dari berbagai problematika hidup. Ayat tersebut adalah QS Ath-Thalaq 2-3.


ayat seribu dinar


"...Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (Ayat 2)


" Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya..." (Ayat 3)


"...Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya." (Ayat 3)


"Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya." (Ayat 5)

Sekilas saja ketika kita membacanya kita sudah mendapati bahwa ayat ini secara tersurat membahas mengenai keterkaitan antara perihal taqwa dengan masalah rezeki, kemudahan berbagai urusan, jalan keluar dari setiap masalah, serta janji akan penghapusan dosa dan ganjaran pahala yang besar. Nah menarik sekali mengetahui bahwa Allah secara terang-terangan menjelaskan kepada para hamba-Nya bahwa jika saja kita mau bertaqwa kepada Allah maka rezeki akan dicurahkan dari arah yang tak tertebak, kalau kita menghadapi masalah berat dan rasa-rasanya udah buntu dan stuck, maka Allah akan buka jalan keluarnya. Keren nggak?

Sedikit membahas lebih jauh ayat ini, bolehlah kami sedikit membahas lebih jauh mengenai QS Ath Thalaq 2-5.

Tafsir Ayat 1000 Dinar

Secara umum ayat at Thalaq 2 - 5 menjelaskan tentang betapa istimewanya perihal taqwa itu. Barangsiapa yang berusaha dan menjaga sungguh-sungguh taqwa dalam dirinya maka Allah akan memberikan keutamaan dan keberuntungan. Setidaknya ada empat (4) reward atau hadiah dari Allah yang ditujukan khusus mereka yang berani dan istiqomah dalam taqwa. Empat (4) hal tersebut adalah :
  •  Allah akan menjadikan jalan keluar untuk semua urusan yang sulit bagi hamba-Nya.
"...Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan bagi nya jalan keluar." (Ath-Thalaq : 2)

Ibnu Abbas berkata,"Artinya Allah akan menyelamatkannya dari setiap kesusahan di dunia dan akhirat.". Rubai' bin Haitsam berkata,"Allah akan menjadikan jalan keluar untuknya dari segala sesuatu yang membuatnya merasa sempit."

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan,"Yaitu barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya."
  • Memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka :
"Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya...." (Ath-Thalaq : 3)

Ibnu Mas'ud berkata,"Maksudnya memberi rezeki dari arah yang tidak diketahuinya dan tidak terbesit dalam pikiran sebelumnya". Qatadah berkata,"Memberinya rezeki sekiranya ia tidak mengharap dan mengangankannya."
  • Memudahkan urusannya
"....Dan barangsiapa yang bertwakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya." (Ath-Thalaq : 3)

'Atha berkata,"Artinya Allah akan memudahkan untuknya problematika kehidupan di dunia dan di akhirat."
  • Menghapus kesalahan dan membesarkan pahala untuknya
"....Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya." (Ath-Thalaq : 5)

Ibnu Katsir berkata,"Artinya Allah akan menghilangkan apa yang ditakutinya dan memperbesar pahala untuknya atas amalnya yang sedikit."

Asbabun Nuzul QS Ath Tholaq 2-3
Terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan tentang asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat) ayat seribu dinar ini. Diantaranya adalah :

  • Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ayat 3 surat Ath-Tholaq ini turun berkenaan dengan seorang suku Asyja' yang fakir, cekatan dan banyak anak. Ia menghadap Rasulullah SAW dan meminta bantuan beliau (tentang anaknya yang ditawan oleh musuh dan tentang penderitaan hidupnya). Rasulullah SAW bersabda,"Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah" Tidak lama kemudian datanglah anaknya yang ditawan itu sambil membawa seekor kambing (hasil rampasan dari musuh sewaktu melarikan diri). Hal ini segera dilaporkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian bersabda,"Makanlah kambing itu"
(HR Al Hakim dan Jabir)

  • Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Auf bin Malik al Asyja'i menghadap kepada Rasulullah SAW dan berkata,"Anakku ditawan musuh, dan ibunya sangat gelisah. Apa yang akan engkau perintahkan kepadaku wahai Rasulullah?" Rasulullah SAW. bersabda,"Aku perintahkan agar engkau dan isterimu memperbanyak mengucapkan ; Laa haula walaa quwwata ilaa billah". Lalu kemudian berkata isterinya,"Alangkah baiknya apa yang diperintahkan Rasul kepadamu." Lalu pasangan suami isteri tersebut memperbanyak bacaan itu. Di waktu musuh sedang lalai, anaknya yang ditawan itu berhasil kabur sambil membawa pulang kambing musuhnya ke rumah bapaknya.
(HR Ibnu Mardawaih dan Al Khatib yang bersumber dari Ibnu Abbas)

Dari keterangan asbabun nuzul ayat diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa :
  1. Allah akan memberi jalan keluar bagi hamba Nya yang bertaqwa kepada Nya.
  2. Allah akan memberi pertolongan dan memudahkan urusan orang yang bertaqwa.
  3. Allah akan mengabulkan hajat keperluan orang yang bertaqwa.
  4. Allah akan memberikan rezeki yang tidak disangka-sangka kepada orang yang bertaqwa.
Maka dari itu kata kunci dari pengamalan ayat seribu dinar ini adalah "taqwa" itu sendiri. Tentang hal ini Rasulullah SAW pernah menjelaskan sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dzarrin ra.

Ia berkata,"Ketika Rasulullah SAW membaca QS Ath Tholaq ayat 2-3 maka beliau terus mengulanginya sampai beliau mengantuk, lalu bersabda: Wahai Abu Dzarrin, seandainya semua manusia mengambilnya (mengamalkan ayat tersebut), maka sungguh ia akan mencukupkan mereka."
(HR Ahmad, Nasa'i, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Ibnu Mardawaih dan Baihaqi)

Kemudian Nabi SAW juga menerangkan sebagaimana diriwayatkan oleh Mu'adz bin Jabal ra.

Bahwa Rasulullah SAW. bersabda,"Wahai manusia, jadikan taqwa kepada Allah sebagai dagangan kalian! Niscaya rezeki akan mendatangi kalian dengan tanpa barang dagangan dan perdagangan." Kemudian beliau SAW. membaca QS Ath Tholaq 2-3
(HR Thabrani, Ibnu Mardawaih, Abu Na'im dan Daelami)

Dari dua keterangan hadis diatas dapat dimengerti bahwa keistimewaan ayat seribu dinar itu terletak pada isi kandungan ayat tersebut yaitu taqwa kepada Allah, bukan kepada pengamalan pembacaan ayat-ayatnya yang tersurat. Atau dengan kata lain kita akan mendapatkan kemudahan dalam setiap urusan dan rezeki yang tiada disangka-sangka dari Allah, jika kita mengamalkan ayat ini atau menjalani taqwa kepada Allah.

Namun ada pula keterangan yang menjelaskan tentang keistimewaan membaca ayat-ayat ini. Sahabat Ibnu Abbas ra. pernah berkata,"Siapa yang membaca ayat-ayat ini di hadapan penguasa penguasa yang ia takuti kezhalimannya, atau ketika terjadi ombak yang ia takut tenggelam, atau ketika berhadapan dengan binatang buas, maka hal itu tidak akan membahayakan sedikitpun"
(Disebutkan As-Suyuthi dalam Kitab Durrul Mantsur)

-------

Maka dari itu jelaslah sudah untuk mendapatkan pertolongan Allah akan kesulitan urusan duniawi dan mendapatkan rezeki yang tidak disangka-sangka kuncinya adalah bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat seribu dinar ini.

-------

Setelah jelas mengenai hakikat ayat ini maka pembahasan selanjutnya adalah mengenai amalan pembuka rezeki sebagai penjabaran dari taqwa. Kami telah merangkumkan beberapa amalan-amalan yang mempermudah turunnya rezeki bersumber dari al-Qur'an dan Hadis, telah banyak cerita dari mereka yang mengamalkan amalan-amalan tersebut mendapatkan pertolongan Allah dan keberkahan dalam hidupnya. Pengalaman-pengalaman mereka insyaAllah nantinya juga akan dipaparkan dalam blog ini. Untuk membaca rangkuman amalan-amalan tersebut bisa dibuka pada tautan berikut : Amalan-Amalan Pembuka Pintu Rezeki

Kami juga telah menuliskan beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengamalkan ayat seribu dinar oleh beberapa ulama. Tulisan tersebut bisa dibaca pada tautan berikut : Cara Mengamalkan Ayat Seribu Dinar

Apabila anda sedang terlilit hutang, mungkin artikel tentang hutang berikut ini layak untuk anda baca. Silakan untuk menuju tautan berikut : Cara Spiritual Bayar Hutang Hingga Lunas Selunas-lunasnya

Wallahu a'lam bishowab


Artikel disadur dari buku Ampuhnya Ayat-Ayat 1000 Dinar karangan Mahmud Asy-Syafrowi
image source : bacaanharianku.blogspot.com

Menyingkirkan Kefakiran Dengan Beribadah Kepada Allah

Senin, 06 Mei 2013

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِى أَمْلأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلاَّ تَفْعَلْ مَلأْتُ يَدَيْكَ شُغْلاً وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ »

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassallam, beliau bersabda : "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman : "Wahai manusia, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi dadamu dengan kekayaan dan menutup (menyingkirkan) kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka niscaya Aku akan memenuhi kedua tanganmu (hari-harimu) dengan kesibukan (pekerjaan-pekerjaan) dan aku tidak akan menutupi kefakiranmu."

Takhrij Hadis:
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi IV/642 no.2466, Ibnu Majah II/1376, Ahmad II/358 no.8681, dan Ibnu Hibban II/119 no.393.

Hadis di atas derajatnya adalah shahih menurut Syaikh Nashirudin Al Albani.
Sedangkan menurut beberapa ahli hadis, fawaid hadis di atas adalah sebagai berikut :
  • Meluangkan waktu semata-mata untuk beribadah kepada Allah adalah suatu keharusan bagi setiap orang muslim.
  • Pasti ada kemudahan bagi orang yang berusaha keras untuk beribadah kepada Allah, dan pasti pula ada kesulitan berupa kesibukan-kesibukan bagi orang yang tidak ingin/menjauhi/malas untuk beribadah kepada Allah.
  • Kalau kita tidak memaksa diri untuk belajar ilmu syar'i sebagai bagian dari ibadah kita kepada Sang Kholik, tentunya pasti akan ada saja "kesibukan" yang merintangi dan menjauhkan kita dari majelis ilmu syar'i.
  • Berlindunglah kepada Allah dari was-was syaitan yang senantiasa berusaha melemahkan manusia yang ingin beribadah kepada Allah.
  • Pintu-pintu rezki itu akan dimudahkan manakala kita menjadikan waktu kita secara maksimal untuk beribadah hanya kepada Allah dan sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu'alaihi wassalam.

Adapun maksud hadis di atas sebenarnya bukan berarti setiap hamba Allah yang rajin beribadah kepada Allah pasti akan mendapat kekayaan berupa materi yang sangat berlimpah. Bukan berarti bagi setiap hamba yang ibadahnya rajin maka Allah akan menjadikan ia sekaya Bill Gates, Warren Buffet, atau katakanlah sultan dari Arab Saudi. Bukan, bukan itu maksudnya.

Tapi bagi kita hamba Allah yang selalu meluangkan waktu untuk memperbanyak ibadah kepada Allah, seperti berzikir, membaca Al-Qur'an, bersedekah, menyantuni anak yatim, berbakti kepada orang tua, memperbanyak sholawat dan bermacam-macam ibadah yang disunnahkan maka Allah akan mengurangi rasa cinta kepada dunia yang ada dalam hati kita dan menggantinya dengan ketenangan hidup dan rasa cukup akan rezeki serta memudahkan hati untuk bersyukur dalam setiap keadaan.

Memperbanyak ibadah juga erat hubungannya dengan datangnya rezeki, dalam al-Qur'an dan Hadis ada beberapa ibadah dan amalan yang secara khusus disebutkan mampu untuk menolak kefakiran dan mempermudah datangnya rezeki dan pertolongan Allah. Ibadah dan amalan-amalan tersebut insyaAllah akan dipaparkan dalam blog ini.


ibadah


Macam-Macam Ibadah Yang Mempermudah Datangnya Rezeki
Secara umum jika seorang hamba menyibukkan diri dalam ibadah baik fardhu maupun sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah akan menyingkirkan kefakiran dari hamba tersebut. Namun ada pula beberapa macam ibadah dan amalan yang disebutkan secara khusus dalam al-Qur’an dan al-Hadis sebagai solusi dari masalah kerezekian. Secara singkat ibadah dan amalan-amalan tersebut antara lain :

Taubat & Istighfar
Taqwa kepada Allah
Sholat Sunnah Dhuha
Silaturahmi
Membaca Ayat-ayat dan Surat-surat tertentu dalam Al-Qur’an
Sholawat
Berbakti kepada Ibu dan Bapak
Sholat Tahajud
Berhijrah
Perbanyak syukur
Dan beberapa lainnya

Ibadah-ibadah sunnah di atas menurut beberapa ulama adalah penjabaran dari ayat 1000 dinar. Mengenai ayat 1000 dinar dan penjelasan secara lebih spesifik dari Ibadah-ibadah sunnah diatas insyaAllah akan dipaparkan lebih lanjut di artikel-artikel berikutnya.

Allah Berjanji Akan Menolong Hamba-Nya
Jika anda yang saat ini sedang mampir ke blog ini dengan tujuan mencari solusi Islami tentang problem kehidupan anda terutama yang berkaitan dengan rezeki, anda tidak perlu khawatir. Sekali lagi kami sampaikan tidak perlu khawatir, karena jika kita datang kepada Allah dengan merendahkan diri dan memohon pertolongannya, maka Allah PASTI bantu, walaupun memang kita tidak tahu bagaimana cara Allah akan menolong kita, karena cara Allah menolong kita memang bukanlah urusan kita. Kita cuma perlu tahu beres saja. Karena berdasarkan pengalaman hamba-hamba Allah, pertolongan Allah seringkali datang dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak diduga-duga.

Allah sendiri menyatakan dalam Al-Qur'an : Allahu lathiifun bi 'ibadihi (Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya), seberapa besar pun masalah kita, jikalau Allah sudah berkata Kun faya kun, maka akan selesailah masalah itu. Karena tidak ada masalah yang begitu besar jika sudah di tangan Allah.

Satu hal yang telah kami rasakan sendiri ketika saya berusaha sedikit-demi sedikit belajar ilmu agama dan sedikit demi sedikit mulai memperbaiki ibadah dan menambah ibadah-ibadah sunnah, perasaan cinta kepada dunia perlahan-lahan mulai berkurang dan rasa syukur yang sebelumnya terasa sulit mulai terasa mudah. Ketika berusaha mencari rezeki pun yang sebelumnya dipenuhi rasa khawatir sudah mulai berganti perasaan optimis dan ikhlas.

Dan jika anda yang saat ini merasa tidak yakin akan kebenaran hadis di atas. Wajar saja. Saya pun pertama kalinya juga begitu. Bagi kita yang belajar ilmu logika materialistik, sangat sulit untuk menerima ibadah kok berkaitan dengan rezeki. Apa hubungannya? Sulit banget masuk logika. Tapi dulu ketika saya sudah kesulitan ikhtiyar kesana kemari tanpa hasil bertahun-tahun sampai hampir putus asa. Saya pasrahkan saja percaya kepada hadis ini. Saya acuhkan kondisi keuangan saya, dan iseng-iseng mulai memperbanyak ibadah. Eh selang beberapa bulan dapat sumber rezeki dari arah yang tidak diduga-duga. Pendapatan saya per bulan yang sebelumnya minus, jadi melonjak drastis. Alhamdulillah.. Ternyata Allah Maha Benar dan sungguh Maha Menepati Janji. Walaupun memang saya harus menunggu berbulan-bulan dengan perasaan harap-harap cemas. Itung-itung latihan bersabar lah.

Jadi anda pun yang muslim tidak perlu ragu akan hadis di atas. Karena Allah Maha Benar dan Maha Menepati Janji. Oleh karenanya mari kita bersama-sama mulai memperbaiki diri dengan bertaqwa kepada Allah. Mudah-mudahan kefakiran kita disingkirkan dengan berkah memperbanyak ibadah kepada Allah.



Wallahu a'lam bishowab


image source : artihidup-kita.blogspot.com
 

Amalan Pembuka Pintu Rezeki Ayat Seribu Dinar Copyright © 2011-2014 | Powered by Blogger